Contoh Teks Ulasan Film Dan Strukturnya - Setiap jenis teks memiliki struktur sendiri sesuai dengan tujuan yang disampaikan kepada pembaca, demikian juga dengan teks ulasan, teks ulasan adalah teks yang berisi tentang tinjauan suatu karya baik film, buku, atau karya yang lain untuk mengetahui kualitas, kelebihan dan kekurangan suatu karya
tersebut.Teks Ulasan memiliki struktur yang terdiri dari 5 unsur, yaitu :
- Identitas (opsional) boleh ada boleh tidak, yaitu berisi tentang data diri karya (film) yang diulas.
- Orientasi, yaitu berisi gambaran umum tentang karya (film) yang akan diulas.
- Tafsiran Isi, yaitu berisi pandangan pengulas mengenai karya (film) yang diulas.
- Evaluasi, yaitu berisi penilaian terhadap karya (film) yang diulas.
- Rangkuman, yaitu berisi simpulan dari karya (film) yang diulas.
STRUKTUR TEKS ULASAN FILM “GARUDA DI DADAKU”
- Identitas :
- Sutradara : Ifa Isfansyah
- Produser : Shanty Harmayn
- Penulis : Salman Aristo
- Pemeran : Emir Mahira (Bayu) , Aldo Tansani (Heri) , Marsha Aruan (zahra) , Ikranagara (kakek bayu) , Maudy Koesnaedi (ibunda bayu) , Ary Sihasale , Ramzi
- Musik : Aksan Sjuman, Titi Sjuman, Netral
- Sinematografi : Rendi Soedoewendtju
- Penyunting : Rachmad Supriyanto
- Studio : SBO Films, Mizan Productions
- Distributor : SBO Films, Mizan Productions
- Tanggal Rilis : Kamis, 18 Juni 2009
- Lokasi : Jakarta
- Durasi : 96 menit
- Orientasi :
- Tafsiran Isi :
Masalah pun muncul ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa ia berbakat menjadi seorang pelukis. Tidak diduga kakek datang dan melihat Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba ia terserang penyakit jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal telah membohongi kakeknya dan ia memutuskan untuk berhenti bermain bola.
Bayu memiliki teman dekat yang senantiasa mendukungnya. Heri, sahabat Bayu penggila bola, sangat yakin akan kemampuan dan bakat Bayu. Dialah motivator dan ”pelatih” cerdas yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena internasional.Di tengah upaya kakek Usman mendidik Bayu menjadi orang sukses lewat beragam kursus, Bayu justru bertemu dengan Johan (Ari Sihasale), pelatih sekolah sepakbola Arsenal di Jakarta. Pertemuan ini menjadi langkah awal bagi perjalanan panjang Baju untuk masuk menjadi tim sepak bola nasional yang memakai seragam berlambang garuda di bagian dada.Dibantu teman baru bernama Zahra yang misterius, Bayu dan Heri harus mencari berbagai alasan agar Bayu dapat terus berlatih sepak bola. Akan tetapi, hambatan demi hambatan terus menghadang mimpi Bayu. Bahkan, persahabatan tiga anak itu terancam putus.
- Evaluasi :
Film ini bercerita tentang olahraga bola yang memang digandrungi oleh segala usia, semua kasta, berbagai warna kulit, dan berbagai negara sehingga menjadikan film ini meraih animo tinggi dari masyarakat. Bola yang masih dikritik beberapa pihak sebagai hal yang membosankan dan kurang bermanfaat karena hanya menghabiskan waktu tidur malam saja ternyata bisa memberikan makna dari sisi lain yang berbeda.Film Garuda di Dadaku menyimpan hikmah yang berharga, di antaranya mengajarkan kita untuk terus mengejar impian dan menjaganya meski aral melintang. Jika kita yakin dan mampu, teruslah jaga keyakinan itu. Sesungguhnya kesuksesan juga bisa diraih melalui mimpi yang berawal dari hobi.
Film ini menggambarkan realita kehidupan seorang anak dalam mencapai impiannya meskipun mimpi itu sederhana. Garuda di Dadaku memberi suguhan yang lengkap dengan berbagai factor, yaitu berkualitas, menyentuh, menghibur, sekaligus menginspirasi.Garuda Di Dadaku menyajikan sebuah cerita yang sederhana namun berisi. Mengisahkan pertarungan dua kepentingan antara dua generasi. Olahraga sepakbola menjadi cantolan untuk mengaitkan tema besar tersebut. Film ini diramu dengan begitu apik, didukung permainan yang gemilang, plot cerita yang matang, cinematografi, dan editing yang terjaga. Hasilnya? Garuda Di Dadaku tak ubahnya sebuah masakan yang racikan bumbunya terasa pas. Ada haru, kadang juga tawa. Pada bagian ini, apresiasi, lagi-lagi layak diberikan kepada Ramzi, yang kali ini berperan sebagai Bang Duloh.
Akting aktor cilik pendatang baru Emir yang memang memiliki kemampuan memainkan si kulit bundar membuat Garuda di Dadaku menjadi lebih nyata. Ditambah dukungan dari aktor-aktris kelas wahid, seperti Ikranagara dan Maudy, yang membuat kualitas film ini patut mendapat acungan dua jempol.Suntikan kekuatan juga datang dari soundtrack film yang begitu penuh warna dihadirkan pasangan suami istri penata musik, Aksan Sjuman dan Titi Sjuman. Music Score yang mereka hadirkan membawa penontonnya pada suasana batin yang riuh. Hal ini makin terasa dihadirkan lewat lagu Garuda Di Dadaku yang notasinya mengambil lagu daerah asal Papua, Apuse, yang diaransemen dan dibawakan grup rock Netral. Ia berhasil membangun suasana yang terasa bergelora mengiringi semangat Bayu dalam menggapai mimpinya.Ifa Isfansyah, sang sutradara, dengan cantik mencicil informasi soal tokoh-tokoh dalam film yang mulai diputar 18 Juni 2009 itu. Semua datang satu demi satu, tanpa narasi yang mendeskripsikan ini-itu, dari nama para tokoh, peran-peran mereka, keberpihakan, hingga detail-detail yang memperkaya karakternya.Wahyuni, misalnya, cukup berucap, "Nyari downline sekarang susah. Orang tidak percaya MLM seperti dulu." Penonton pun jadi tahu apa yang (sempat) ia lakukan untuk menyokong hidup.Ifa juga tak menyia-nyiakan "celah" yang masih bisa diisi. Ada adegan saat Wahyuni, misalnya, berkata di telepon, "Besok, jam 15.57." Ini sebuah sindiran terhadap "budaya" jam karet. Ada pula adegan bola yang ditendang Bayu mendarat di poster calon legislator, tepat di wajah, serta adegan melintas di tepi busway yang porak-poranda.
Film ini menggambarkan realita kehidupan seorang anak dalam mencapai impiannya meskipun mimpi itu sederhana. Garuda di Dadaku memberi suguhan yang lengkap dengan berbagai factor, yaitu berkualitas, menyentuh, menghibur, sekaligus menginspirasi.Garuda Di Dadaku menyajikan sebuah cerita yang sederhana namun berisi. Mengisahkan pertarungan dua kepentingan antara dua generasi. Olahraga sepakbola menjadi cantolan untuk mengaitkan tema besar tersebut. Film ini diramu dengan begitu apik, didukung permainan yang gemilang, plot cerita yang matang, cinematografi, dan editing yang terjaga. Hasilnya? Garuda Di Dadaku tak ubahnya sebuah masakan yang racikan bumbunya terasa pas. Ada haru, kadang juga tawa. Pada bagian ini, apresiasi, lagi-lagi layak diberikan kepada Ramzi, yang kali ini berperan sebagai Bang Duloh.
Akting aktor cilik pendatang baru Emir yang memang memiliki kemampuan memainkan si kulit bundar membuat Garuda di Dadaku menjadi lebih nyata. Ditambah dukungan dari aktor-aktris kelas wahid, seperti Ikranagara dan Maudy, yang membuat kualitas film ini patut mendapat acungan dua jempol.Suntikan kekuatan juga datang dari soundtrack film yang begitu penuh warna dihadirkan pasangan suami istri penata musik, Aksan Sjuman dan Titi Sjuman. Music Score yang mereka hadirkan membawa penontonnya pada suasana batin yang riuh. Hal ini makin terasa dihadirkan lewat lagu Garuda Di Dadaku yang notasinya mengambil lagu daerah asal Papua, Apuse, yang diaransemen dan dibawakan grup rock Netral. Ia berhasil membangun suasana yang terasa bergelora mengiringi semangat Bayu dalam menggapai mimpinya.Ifa Isfansyah, sang sutradara, dengan cantik mencicil informasi soal tokoh-tokoh dalam film yang mulai diputar 18 Juni 2009 itu. Semua datang satu demi satu, tanpa narasi yang mendeskripsikan ini-itu, dari nama para tokoh, peran-peran mereka, keberpihakan, hingga detail-detail yang memperkaya karakternya.Wahyuni, misalnya, cukup berucap, "Nyari downline sekarang susah. Orang tidak percaya MLM seperti dulu." Penonton pun jadi tahu apa yang (sempat) ia lakukan untuk menyokong hidup.Ifa juga tak menyia-nyiakan "celah" yang masih bisa diisi. Ada adegan saat Wahyuni, misalnya, berkata di telepon, "Besok, jam 15.57." Ini sebuah sindiran terhadap "budaya" jam karet. Ada pula adegan bola yang ditendang Bayu mendarat di poster calon legislator, tepat di wajah, serta adegan melintas di tepi busway yang porak-poranda.
- Rangkuman :
Film ini tak hanya memuat unsur perjuangan seorang anak untuk menggapai mimpinya, nilai-nilai persahabatan juga ditanamkan lewat hubungan Bayu dengan Heri. Meskipun mempunyai hambatan berupa cacat fisik, Heri mampu berperan sebagai sahabat sekaligus manajer Bayu. Sebagai film anak-anak, Garuda di Dadaku mencoba membangkitkan semangat cinta Indonesia melalui sepak bola. Penonton akan mudah tergiring ke suasana patriotik ketika menyaksikan adegan Bayu yang mengenakan seragam tim nasional berdiri di tengah lapangan berumput hijau. Dari situ penonton akan menyadari betapa bangganya menyandang garuda di dada. Sebenarnya rasa nasionalisme telah terasa sejak awal film dimulai dengan diperdengarkannya theme song film ini.
Sekian postingan saya tentang Contoh Teks Ulasan Film Dan Strukturnya.Semoga Bermanfaat.
Pengunjung yang baik selalu Meninggalkan Komentar ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon